SUARANUSRA.COM - Pariwisata halal di Pulau Lombok kembali menjadi sorotan dalam penelitian ilmiah yang dilakukan oleh tim dosen Universitas Bumigora.
Penelitian yang berlangsung sejak Agustus hingga akhir tahun ini didukung oleh DRTPM, Kemendikbudristek RI. Di mana didasari pertanyaan, apakah Lombok masih layak dikatakan sebagai destinasi pariwisata halal?
Berbagai destinasi wisata di Lombok menjadi objek observasi dan kajian. Observasi tersebut dilakukan secara local dengan melakukan Ngayo yang merupakan istilah local masyarakat Sasak yang secara harfiah berarti “mengunjungi”.
Observasi ini juga disertai dengan ngobrol intens dengan para pelaku usaha, pegiat pariwisata hingga stakeholder pariwisata.
Dalam laporannya, tim penelitian yang diketuai Aryan Agus Pratama, M.M, bersama Lady Faerrosa, S.Si., M.M., serta melibatkan mahasiswa Rifqi Aditya dan Dika Hariadi Sani, menyimpulkan bahwa Lombok masih sangat layak disebut sebagai destinasi pariwisata halal.
Hal ini didasarkan pada lokalitas masyarakat Lombok yang mayoritas beragama Islam dan kearifan lokal yang terintegrasi dengan ajaran agama.
"Kehidupan sehari-hari masyarakat Lombok, termasuk dalam layanan pariwisata yang disuguhkan maupun diberikan, tidak terpisahkan dari nilai-nilai budaya masyarakat setempat yang Islami," ungkap Aryan Agus Pratama, M.M, Dosen Program Studi Manajemen Universitas Bumigora.
Kata dia, pariwisata halal di Lombok tidak semata-mata bergantung pada atribut fisik seperti makanan atau fasilitas yang bersertifikasi halal.
Sebaliknya, konsep ini lebih banyak menekankan pada pengalaman wisata yang dirasakan, di mana nilai-nilai lokal tercermin dalam pelayanan dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat setempat.
"Penelitian tersebut menyoroti 10 destinasi dan atau objek wisata yang sudah lama dikenal sebagai bagian dari pariwisata halal di Lombok," sambungnya.
Semua objek wisata ini dipilih berdasarkan informasi yang diperoleh dari artikel maupun pendapat wisatawan yang pernah berkunjung ke destinasi halal.
Di antaranya Desa Adat Sade dan Ende di Lombok Tengah dikenal dengan budaya asli Sasak yang erat kaitannya dengan tradisi Islam.
Masjid Kuno Bayan di Lombok Utara menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Lombok, sekaligus tempat wisata religi dan budaya. Kawasan Makam Loang Baloq, wisatawan dapat merasakan nilai spiritual yang mendalam.
Selain itu, Desa wisata Setanggor menawarkan atraksi wisata mengaji ditengah sawah yang menggambarkan kebiasaan masyarakat setempat dalam kesehariannya.
Kemudian Desa Wisata Hijau Bilebante sebagai desa wisata berkelanjutan juga telah menawarkan atarksi wisata halal yaitu Sungai Larangan yang menawarkan pengalaman wisata berbasis lingkungan yang sarat dengan nilai-nilai local yang unik dan autentik.
Dosen Universitas Bumigora ini menegaskan, bahwa keunikan pariwisata halal di Lombok terletak pada layanan berbasis kearifan lokal.
"Ini bukan sekadar soal makanan dan fasilitas yang halal, tetapi bagaimana wisatawan merasakan nilai-nilai Islami dalam setiap aspek perjalanan mereka," jelasnya.
Interaksi yang ramah, suasana yang nyaman, dan pelayanan yang jujur serta menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan keberlanjutan menjadi daya tarik utama yang membuat Lombok tetap unggul dalam segmen pariwisata halal.
Hasil penelitian ini memberikan keyakinan bahwa Lombok masih memiliki daya tarik sebagai destinasi pariwisata halal.
Keberlanjutan status ini tidak hanya bergantung pada pengembangan infrastruktur, tetapi juga pada pelestarian budaya dan tradisi untukkesejahteraan bersama yang menjadi identitas masyarakat Lombok.
Dengan dukungan masyarakat lokal, pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, media dan stakeholder lainnya di Lombok diharapkan dapat terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu destinasi pariwisata halal terbaik di dunia.
Penelitian ini menjadi bukti bahwa pariwisata halal di Lombok tidak hanya soal produk, tetapi juga pengalaman yang mendalam dan autentik bagi setiap pengunjung. (SN/01)
Comments