Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Lombok Timur, Budiman Satriadi (foto/istimewa)



SUARANUSRA.COM – Musim penghujan yang mulai memasuki wilayah Lombok Timur (Lotim) menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan setempat. Peningkatan kasus penyakit menular, terutama Demam Berdarah Dengue (DBD), menjadi ancaman yang harus diwaspadai oleh masyarakat.


Menanggapi hal tersebut, Dinas Kesehatan Lombok Timur mengintensifkan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi potensi lonjakan kasus.


Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Lombok Timur, Budiman Satriadi, mengatakan bahwa DBD menjadi salah satu penyakit yang terus dipantau oleh pihaknya. 


“Sejak bulan November, musim hujan sudah dimulai. Kami perlu mengantisipasi peningkatan kasus penyakit seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan tentu saja DBD,” ujar Budiman. Kamis (12/12/24).


Menurut data Dinas Kesehatan Lombok Timur, dalam tiga bulan terakhir, jumlah kasus DBD tercatat stabil, dengan 29 kasus pada Agustus, 29 kasus pada September, dan 30 kasus pada Oktober. Meski demikian, pihaknya tetap waspada mengingat musim hujan yang menjadi faktor pemicu penyebaran penyakit ini. 


“Kami berharap tidak ada peningkatan kasus yang signifikan, namun tetap siap dengan langkah-langkah pencegahan,” tambah Budiman.


Musim hujan diketahui menjadi periode yang berisiko tinggi bagi penyebaran DBD, seiring dengan banyaknya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. 


Oleh karena itu, Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan melakukan langkah pencegahan, seperti gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) tempat-tempat penampungan air. 


Selain itu, penggunaan kelambu dan pemberian abate juga dianjurkan sebagai langkah tambahan.


Budiman juga mengungkapkan bahwa Dinas Kesehatan telah memetakan beberapa wilayah dengan risiko tinggi terhadap DBD. Kecamatan Sakra, Terara, dan Masbagik tercatat sebagai wilayah yang perlu mendapatkan perhatian khusus, diikuti oleh Selong. 


Faktor lingkungan seperti sanitasi yang buruk dan kondisi rumah yang mendukung perkembangbiakan nyamuk menjadi penyebab tingginya risiko di wilayah tersebut.


Hingga saat ini, belum ada laporan kasus kematian akibat DBD di Lombok Timur sepanjang tahun 2024. 


"Meskipun demikian, kita tidak bisa lengah. Upaya pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah dan kesadaran masyarakat sudah cukup baik, namun perlu terus ditingkatkan agar lonjakan kasus dapat dihindari," ujar Budiman.


Selain melakukan sosialisasi dan edukasi, Dinas Kesehatan juga menggencarkan program fogging atau pengasapan di wilayah-wilayah rawan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran nyamuk penyebab DBD. 


Namun, Budiman menegaskan bahwa fogging hanyalah langkah sementara. "Pengendalian utama tetap berada di tangan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk," tegasnya.


Dinas Kesehatan Lombok Timur juga bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk memantau perkembangan kasus di masing-masing wilayah. Budiman menegaskan pentingnya peran aktif masyarakat dalam mencegah penyebaran DBD. 


"Pencegahan DBD bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Kami berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menjaga kebersihan lingkungan agar bebas dari sarang nyamuk," tutupnya.


Dengan langkah-langkah yang telah disiapkan, diharapkan penyebaran DBD di Lombok Timur dapat dikendalikan dan kesehatan masyarakat tetap terjaga selama musim penghujan ini. (SN/01)